Hujan mengguyur kota Malang. Membatalkan rencana Yuki yang
telah direncanakan jauh hari. Bertemu dengan Nusa.
Kriiiiing...
Kriiiinngg...
“Halo?”
“Nusa, hujan deras. Nekat?”
“Aku sudah di TKP.”
“Maaf, aku tidak bisa.”
Tut tut tut....
Nusa memutus sambungan telepon mereka. Ia berjalan menuju kasir untuk membayar menu
pesanannya sebelum tersaji. Ia melangkah keluar kedai dan menaiki scooter matic menembus hujan lebat.
---
“Nusa...”
Yang dipanggil tidak menggubris. Ia menyeruput sedikit kopi
di hadapannya dan kembali konsentrasi mengerjakan laporan praktikumnya.
“Nus, dengerin aku,” mohon Yuki.
Nusa hanya menarik napas panjang dan menghembuskannya.
“Nus.....” sambil menyenggol tangan Nusa.
“Apa-apaan sih, Ki? Kecoret nih! Kamu mau minta apa? Minta
didengerin kan? Udah aku dengerin dari tadi! Kamu kira aku ga punya kuping?”
bentak Nusa.
Yuki terperangah menyaksikan Nusa berbicara panjang lebar
seperti itu, bahkan marah.
“Mau ngomong apa lagi, Ki, mau ngomong apaaaa....” ia terisak.
“Tenang dulu, Nus, tenang, jangan emosi. Kalau kamu emosi,
nggak bakal selesai,” Yuki mengusap-usap pundak Nusa.
Jam menunjukkan pukul 3 sore. Sudah waktunya Nusa kembali ke
rumah dan bersiap menghadiri resepsi pernikahan saudara sepupunya, Ray.
“Ayo, Ki!”
---
“Kak Ray!” Nusa melambaikan tangan girang dan berlari kecil
ke arah Ray. Yuki mengikuti di belakangnya.
“Duh, ganteng banget, Kak. Kak Dian juga cantik banget.
Selamat ya, Kakak-kakakku sayaaang.. Semoga cepet punya dedek, biar Nusa ada
temen mainnya,” ucap Nusa sambil mengelus-elus perut Dian disambut tawa yang
lain.
Setelah mereka ber-haha-hihi dan acara makan-makan tiba, Ray
dan Dian berdiri di sudut ruangan bersama rekan yang sedari tadi bermain-main
dengan alat musiknya. Mereka berdua melantunkan Fly To The Moon milik Frank Sinatra dan membuat para undangan
terkesima.
Acara berlangsung lancar dan membuat Nusa melupakan
masalahnya dengan Yuki. Mereka tampak baik-baik saja. Namun tiba-tiba, saat
acara selesai, Nusa menghilang. Yuki kebingungan. Ia tidak tahu harus bertanya
pada siapa. Acara itu milik keluarga Nusa dan Yuki tidak terlalu dekat dengan
mereka. Satu-satunya yang ia kenal adalah Ray. Ia mencari Ray di seluruh
penjuru ruangan dan ia menemukannya.
“Kak Ray!”
“Yuki! Ada apa?”
“Kakak tahu Nusa di mana?”
“Kok nanya Nusa ke kakak? Kan dari tadi bareng kamu. Kan
kakak di depan terus. Aneh-aneh aja kamu.”
Yuki kembali memencet-mencet ponselnya. Tidak ada hasil.
---
“Jadi gimana? Deal?” tanya Nusa kepada seorang di
hadapannya.
“Kamu yakin?”
“Sudah saatnya, Vin.”
“Baiklah, aku akan menghubungimu seminggu lagi. Sudah sana
kembali, kasihan Yuki pasti bingung nyariin kamu.” Vino mengecup kening dan
mengusap-usap rambut Nusa. Nusa membalas dengan pelukan.
“Kata-kata manismu akan selalu terkemas rapi di kotak
perasaan terkesimaku, Vin,” batin Nusa. Ia membalikkan badan dan kembali ke
ruangan sambil tersenyum.
BERSAMBUNG