Aku tak ingin lagi
bertindak bodoh untuk kesekian kalinya. Aku lelah. Dengan kamu, dia, dan
semuanya. Sudah saatnya aku keluar dari jeratan kepura-puraan selama ini.
Kepura-puraanmu akan aku dan kepura-puraanku akan kamu. Ketahuilah bahwa tidak
sedikitpun aku benar bahagia.
Ya, aku tidak
sedikitpun merasakan bahagia darimu. Ijinkan aku menyesali kebahagiaanku yang
kugantungkan tepat di tanganmu, yang kini kau lepaskan... dan kau mengikat
kebahagiaan dia. Aku enggan untuk berteriak pada kedua gendang telingamu, lagi.
Karena aku tahu, kau adalah manusia tuli rasa.
Tapi tidak. Aku tidak
akan meminta ijin darimu. Apa guna? Jangan tanyakan lagi, aku bukan apa-apa di
matamu. Aku hanya akan diam dan mengamatimu, setidaknya sampai sesuatu terjadi
padamu, pada kalian. Kalau kau tak percaya, kau sedang melangkah pada
pembuktian itu. Lihat saja nanti, seberapa kuat kau bertahan.
Kebusukanmu sudah
tercecer dimana-mana. Lantas, pada siapa lagi kau akan membubuhkan busukmu itu?
Padanya? Dia yang membuatmu menistakan aku? Baiklah, sampai kapanpun itu kau
tak bisa mengelak, kau tak bisa mengingkari kalau kau tak lebih hebat dari
seorang pengecut. Silakan saja kau berbahagia dengannya, tapi jangan sesekali
kau berbalik dan menatapku saat kau sudah tak lagi bisa mengeruk bahagia
darinya.
Inilah. Selalu ini saja
yang aku teriakkan dalam hati. Rasa-rasanya ingin berhenti hidup saja. Antara
meneruskan dan menyudahi. Dengan keteguhan hati akhirnya aku memilih apa yang
aku jalani sekarang. Entah sampai kapan aku dapat bertahan. Bahkan berharap pun
aku sudah lelah.
Memang benar aku lelah,
terjerembab dalam kehampaan. Aku membencimu, namun aku tak sanggup lagi
menghujatmu. Aku tidak tahan dengan semua ini. Siapa yang bertanggung jawab
atas semua ini? Kau ataukah diriku?
Malam ini terasa begitu
sakral, aku mengingkan sebuah tumbal, mungkinkah itu diriku sendiri? Sepertinya
begitu. Tak mungkin kau mau merelakan dirimu untuk semua yang ada ini. Aku tak
ingin berharap yang tak pasti lagi darimu. Bukan tentang yang tak pasti, tetapi
semua darimu adalah tak pasti. Sudah aku bilang aku tak ingin berharap lagi!
Pergilah kau wahai
lelaki busuk! Kau bukan tumbal ku saat ini, kau beruntung, kau tahu itu. Tapi
suatu saat nanti, saat kau menyerahkan dirimu lagi kepadaku, aku tak akan segan-segan.
Nantikanlah sesuatu
terjadi padamu. Yang jelas itu bukan olehku. Dan pada akhirnya suatu saat nanti
kau akan mengabarkan pada setiap orang bahwa akulah pemenangnya.
featuring Sindy Asta (@sindyasta)
31/10/2012
| 21.00 – 21.40 | via Yahoo! Messenger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar