Aku
mengarahkan bola mataku ke kanan, bergerak ke kiri, kemudian kuputar badanku
mencari-cari. Tidak kutemukan seorang pun dimana pun. Aku menyandarkan
punggungku kembali. Tangan kananku memijat-mijat dahi sementara otakku terus
bekerja keras. Aku melemparkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan sekali
lagi. Ternyata benar. Aku mendengus. Tapi……benda apa itu?! Aku memutar kepalaku
ke kanan cepat. Leherku sedikit kumajukan dan mataku kukedip-kedipkan. Mencoba
menerka benda apa itu. Ah, mungkin hanya hiasan tempat ini. Aku kembali
bersandar dan menekuk lututku. Kuletakkan kepalaku di atas lutut dan tanganku
membenarkan cepolan rambutku. Tubuhku lelah.
Otakku memaksa otot-ototku agar meregang. Tubuhku semakin lemas. Aku menoleh ke
kiri, memusatkan perhatianku ke luar ruangan, tetap dengan posisi sebelumnya.
Angin kembali mengajakku bermain dalam permainannya. Aku ingin. Sangat ingin.
Namun waktu tidak mengijinkanku. Angin, ijinkan aku menolak ajakanmu untuk kali
ini.
Aku meraih benda bulat berwarna
cokelat dan memasukkannya ke dalam tasku. Aku berdiri, meraih ponselku, dan
melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu, tentunya melalui pintu keluar yang
terletak di sebelah kanan dari arah dudukku tadi. Sedikit kecewa. Namun
dentingan lonceng dan desiran angin yang telah mengajakku bermain dengan tarian
cukup membuatku menikmati waktu sia-sia ini.
Benda di meja itu masih menarik
perhatianku. Terpaksa aku menghampirinya. Sebuket mawar merah! Indah. Seperti
yang selalu aku dapat setiap bulan. Aku mengernyitkan dahi, meraih sebuah
catatan kecil di sana. Catatan itu bertuliskan “I’m sorry, this is the last. I
love you”. Tubuhku lemas seketika. Catatan itu melayang jatuh ke lantai. Buket
mawar pun aku biarkan meluncur dari tangan kiriku. Aku mencoba menopang tubuhku
yang tiba-tiba terasa berat. Dan………gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar