Minggu, 06 Juli 2014

Kedai Ujung Jalan, Green Tea, dan Sepotong Kertas dari Meja Sebelah

Tempat ini lagi. Sudut ini lagi.
Kacamataku yang melorot mengundang perhatian lelaki di meja sebelah. Ia seolah ingin membetulkan letak kacamataku.
Aku sendirian. Iapun.
Segelas green tea, bukan green tea latte, yang aku pesan belum datang juga. Di hadapannya, lelaki itu, secangkir kopi hitam pekat.
Kegiatanku yang seperti ini, duduk diam di sebuah kedai, dengan memesan minuman, tak jarang ditambah makanan kecil, selalu kusebut ngopi, padahal aku hampir tak pernah memesan kopi. Aku suka cokelat dan teh. Aku tak suka yang rasa-rasa, juga kopi. Bukan, bukan tak suka kopi, aku hanya sedikit tak suka pahit. Tapi aku pernah, kok, memesan kopi.
Aku mengamati pagar yang berada tepat di depanku. Pagar itu membawaku hanyut ke dalam lamunan panjang, hingga pesananku datang.
“Dewean?” tanya mas pengantar minuman. (Artinya: sendirian?)
Iyo, Mas.” Jawabku sambil tersenyum penuh damai. (Artinya: iya, Mas.)
Mas itu seakan mengerti bahwa aku tak ingin diganggu, ia kembali ke balik meja kerjanya.
Aku menyeruput green tea pesananku yang sebelumnya kuaduk terlebih dahulu. Rasanya masih sama seperti dulu. Dulu, sore hari, di meja ini, dan minuman ini, kami berdua sedang bingung bagaimana dapat meninggalkan tempat itu sementara hujan deras mengguyur.
Kini tak ada lagi dia, juga hujan deras itu, bahkan kebingungan. Aku melihat kendaraan lalu-lalang di depan pandanganku. Terkadang tegang karena melihat kendaraan yang nyaris bertabrakan.
Lelaki di meja sebelah terus saja memperhatikanku. Ia tidak tersenyum. Ia tidak mengerutkan dahi. Ia tidak bermain mata. Ia biasa saja. Ia melihatku dengan datar. Aku tahu dari sudut mataku. Aku tak berani membalas tatapannya.
Aku kembali terhanyut dalam lamunan. Tentang kenangan-kenangan yang tersimpan dalam kedai ini. Tentang bahagia bahkan perihnya kenangan itu.
Pengunjung lain datang dan pergi, sementara aku hanya diam dan tak ingin meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku tersadar dari lamunan teramat panjangku. Sebelum mengambil ponsel di dalam tas kecilku, aku mendapati sepotong kertas kecil di bawah gelas minumanku. Aku menoleh pada meja sebelah dan kosong. Bahkan mejanya pun bersih.
Aku mengambil kertas tersebut, membaca tulisan di atasnya. Aku tersenyum lebar.
Aku tak menghiraukan ponselku yang terus bergetar. Aku cepat-cepat bangkit dan bergegas ke meja kasir untuk membayar, lalu meninggalkan kedai dengan terus menggenggam potongan kertas tadi.

5 Juli 2014.
Tentang siapapun yang menyimpan berjuta kenangan di kedai ujung jalan itu.
Ditulis dalam rangka turut memeriahkan hari ketujuh #SehariBercerita.

Backsong: Lights.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar