Minggu, 06 Juli 2014

Tenang Saja

Hitam gelap terselingkuhi biru harum pagi.
Gulungan ombak memaksaku memutar memoriku.
Kau sehat?
Masih ingat denganku?
Aku, kekasihmu dulu.
Kau tak akan pernah berhasil melupakanku.
Berapa ribu hari sudah kita tak saling bertemu?
Pantai ini, ingat?
Setidaknya pantai ini pernah bosan akan kedatangan kita.
Siapa kekasihmu sekarang?
Bagaimana kuliahmu?
Sepertinya kau kurusan.
Kau tak sehat.
Apa kenangan tentangku yang membuatmu tak sehat?
Hei, sudah lima tahun.
Kau masih belum bisa melupakanku?
Oh, jelas saja.
Kesalahanmu padaku sebesar gunung.
Bila kau berhasil melupakanku, kau jahat.
Aku bertanya, siapa kekasihmu sekarang?
Jawab aku!
Pecundang!
Jadi, siapa yang akan kau nikahi?
Jangan, jangan aku.
Lihat ombak itu, apa kau tak lihat sedari tadi ia marah melihatmu?
Bahkan pohon-pohonpun layu hari ini.
Tapi, tenang saja.
Aku hanya akan berterima kasih padamu.
Terima kasih telah membuka mataku bahwa hidup tak harus terpaku pada satu lelaki, yaitu kau.
Kau bahagia sekarang?

1 Juli 2014.
Tentang seorang pecundang.
Ditulis dalam rangka turut memeriahkan hari ketiga #SehariBercerita.
Backsong: Daughter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar