Senin, 14 Januari 2013

Hari ke-5 : Memunggungi Kesedihan

"Hmm...."
"Jadi, aku paham kok...."
"Lalu?"
"Aku tidak pintar seperti mereka. Kamu mau aku jadi apa?"
"Bukan begitu maksudku..."
"Kamu mau aku jadi apa?! Aku turuti!" nada bicaranya meninggi.
"Hhh..." aku hanya tersenyum sinis.
"Aku serius...." kali ini dengan suara lirih.
---
Bukan apa-apa, aku hanya tak tega jika kuakhiri hubungan ini. Namun melihat kenyataan yang ada saat ini, aku lebih tak tega lagi jika kuteruskan hubungan ini. Tidak akan baik bagi aku maupun dia. Lalu aku harus bagaimana? Harus kuapakan hubungan ini?
"Pokoknya harus hari ini!" bisik malaikat padaku.
---
"Yah begitulah..." ucapku setelah menceritakan dengan sangat hati-hati.
Matanya berkaca-kaca menatapku dan mulutnya tetap terkunci. Aku meraih tangannya, mengusap-usap punggung tangannya. Aku mulai memikirkan kata-kata yang pantas aku ucapkan setelah ini.
Aku memutuskan untuk berpindah duduk ke sebelahnya. Aku kembali meraih tangan kanannya dan kuapit di antara kedua telapak tanganku. Dia bersandar di bahu kiriku.
"Aku suka setiap hari kamu marah-marah. Waktu aku balik marah, kamu malah merayuku agar tidak marah. Lalu kita tertawa bersama. Lucu, ya?" aku memandang lurus ke depan. Aku berusaha mencairkan suasana. Namun sepertinya topik yang kupilih kurang tepat. Dia hanya akan teringat kembali tentang hal-hal indah kami.
Dia tidak menjawab. Aku terdiam. Aku semakin takut untuk berucap. Aku diam. Aku memutar rekaman masa indah kami berdua, dan kenyataan yang ada sekarang. Di otak. Perasaanku berkecamuk. Marah, sedih, semua bercampur. Air mata pun tak sungkan menetes di pipiku.
"Mengapa menangis?" dia mendapatiku.
"Sedih saja tidak bisa menjadi masa depanmu. Kalau kamu, kenapa?"
"Aku menangis bahagia karena Tuhan menyempatkan aku memiliki kekasih sepertimu," dia tersenyum sangat manis. Membuatkupun tersenyum.
Aku senang. Aku bangga terhadapmu, Bunga. Aku bahagia sempat memilikimu.
---
Mereka bisa, tetapi tidak dengan aku, dan dia tentunya. Menurutku itu sah-sah saja. Dasar memulai kami dengan mereka saja berbeda. Faktor keberuntungan juga yang menentukan. Karena tidak mungkin sesuatu yang sama yang kita mulai, hasilnya akan sama juga. Tidak mungkin. Jika seperti itu adanya, hidup ini pasti garing. Yang akan terjadi adalah siapa saja bebas memilih apa yang akan ia mulai atas dasar hasil yang sudah ia ketahui.
Dan kini, saatnya melangkah maju dan memunggungi kesedihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar